A.
Jaman Prasejarah (sebelum abab 1 Masehi)
Ternyata
prasejarah Indonesia belum banyak diteliti dengan kata lain diselidiki oleh
para arkeolog , sejarawan atau yang lain. Padahal justru waktu antara tahun
kira-kira 2500 Sebelum Masehi dan abad ke-1 Masehi menemukan perkembangan
kebudayaan termasuk musik sampai saat ini.
Menurut
Alec Robertson dan Denis Stevens (penulis buku Geschichte der Musik 1 dari
Munchen, Germany), pada jaman Mesolitikum kira-kira tahun 5000 Sebelum Masehi
di Asia Tenggara terdapat 3 ras besar: orang Australide (penduduk asli), orang
Melanesia (berasal dari Asia Tengah) dan orang Negrito (mungkin dari India).
Lapisan
bawah ini di tumpangi lapisan baru dengan dua arus imigrasi besar :
1.
Imigrasi Pra-Melayu
Antara
tahun 2500 dan 1500 Sebelum Masehi kiranya terjadi suatu perpindahan bangsa
dari Asia Tengah ke Asia Tenggara.
Dalam
perjalanannya mereka mengutip juga unsur dari Kaukasus dan Mongolia.
Mereka
membawa serta kebudayaan bambu serta teknik pengolahan lading. Terutama di
Annam (Cina Selatan) mereka memperkenalkan semacam lagu pantun dimana putra dan
putri bernyanyi dengan cara sahut menyahut.
Mereka
memakai sebuah alat tiup bernama Khen terdiri dari 6 batang bambu yang ditiup
bersama dalam kelompok d atau 3 nada. Alat ini dikenal pula di CinaSheng dan di
Kalimantan dengan nama Kledi. dengan nama
Alat
ini hanya merupakan salah satu alat dari sejumlah besar alat musik bambu yang
sampai sekarang terdapat di Asia Tenggara. Sejumlah batang bambu dengan ukuran
yang berbeda-beda di tanam di tanah. Tiupan angin menimbulkan bunyi bagaikan
Kledi raksasa yang cukup indah (terdapat di Bali sampai sekarang).
Alat
musik bambu lain seperti suling, angklung dan lain sebagainya. Telah mengalami
suatu proses perkembangan pada waktu kemudian. Seperti xylofonAsia Tenggara
dalam bentuk berbeda-beda: sebagai’tatung’ di Annam, ‘rangnat’ di Kamboja,
‘ranat’ di Thailand, ‘pattalar’ di Birma, ‘gambang’ di Jawa, ‘kolintang’ di
Sulawesi dan Kalimantan. Xylofon malah diekspor dari Asia Tenggara ke Afrika
pada abad 5 Masehi. yang tersebar diseluruh
2.
Imigrasi Proto-Melayu pada jaman perunggu (abad 4 Sebelum Masehi)
Menurut
para ahli sejarah terjadi lagi suatu gelombang imigrasi ke Indonesia di sekitar
abad 4 Sebelum Masehi berpangkal dari suatu daerah Cina SelatanAnnam. Menurut
R. von Heine-Geldern perpindahan suku-suku dari daerah tersebut lewat Kamboja,
Laos, Thailand, Malaysia ke Indonesia dan berjalan terus ke Filipina, Melanesia
dan Polynesia. Hal ini dibuktikan pula oleh P. Wilhelm Schmidt (1868-1954) yang
menemukan bahwa para penduduk Indonesia, Melanesia dan Polynesia berdasarkan
satu bahasa yang sama (yang memang kemudian berkembang sendiri-sendiri). Teori
ini pada jaman sekarang didukung oleh hampir semua ahli sejarah. bernama
Karena
ini terjadi pada zaman perunggu maka kedatangan mereka mempengaruhi juga
kebudayaan musik.
Diperkirakan
bahwa gong-gong pertama berasal pula dari Asia Selatan, karena di dekat Annam,
pada tahun 1930-an ditemukan banyak sekali alat dari perunggu, sehingga
terbukti bahwa dari sinilah kebudayaan perunggu tersebar tidak hanya ke
Indonesia tetapi ke seluruh Asia Tenggara.
Maka
kebudayaan ini juga disebut “kebudayaan Dong-son”. Kebudayaan ini berlangsung
dari abad 7-1 Sebelum Masehi dan mencapai puncaknya pada abad 3-2 Sebelum
Masehi.
Bagaimana
dengan musik dalam kebudayaan Dong-son? Kita tidak tahu apa-apa tentang musik
mereka. Diperkirakan bahwa gong mereka berukuran besar, maka musiknya berat.
Menurut
ahli sejarah tertentu tangga nada Pelog ikut dibawa ke Indonesia oleh kelompok
Proto-Melayu. Menurut Alec Robertson dan Denis StevensPelog mula-mula tersebar
di seluruh Asia Tenggara, namun kemudian terutama dipelihara di Jawa dan Bali.
Karena tidak ada catatan maka tidak dapat diketahui teori musik yang
melatarbelakangi tangga nada yang unik ini. tangga nada
Gong-gong
yang dibawa oleh Proto-Melayu dari Cina Selatan ke IndonesiaJawa. Rupa-rupanya
mula-mula dipakai untuk upacara mendatangkan hujan secara magig (mistik).
ternyata ditemukan dalam penggalian di
Pengaruh
dari kebudayaan Dong-son ke Indonesia tidak berarti bahwa di Indonesia waktu
itu tidak terdapat kebudayaan sendiri, tetapi terjadilah suatu perkembangan :
benda-benda dari perunggu dan besi yang masuk “kasalisator”: meski sebelumnya
di Indonesia diperkirakan tidak ada perunggu (timah dan kuningan), namun
kemudian terbukti bahwa orang Jawa waktu abad-abad pertama Masehi menjadi ahli
dalam hal mengolah logam, terutama perunggu.
B.
Jaman Sejarah (Hindu-abad 4-12)
Suatu
‘revolusi’ terjadi pada abad 1 Sebelum Masehi di waktu dibuat kapal besar-besar
di teluk PersiaLaut Cina. Maka lalu lintas ke Indonesia pun menjadi intensif
(sebelumnya diperkirakan lalu lintas terjadi terutama lewat daratan). Terutama
pedagang India mendatangi daerah-daerah Indonesia sejak abad 2 dan 3 Masehi
untuk perdagangan. Maka pengaruh India di Indonesia dan tambah besar, baik dari
segi perdagangan dan politik maupun agama dan kebudayaan.
Dari
dokumen-dokumen dan penemuan nampak bahwa agama Budha masuk kepulauan
IndonesiaSumatera pada awal abad 7 Masehi dalam kerajaan Sriwijaya dan kemudian
di Jawa dengan kerajaan Syailendra (750-850 Masehi). Pengaruh kebudayaan India
mencapai puncaknya dari pertengahan abad 8 Masehi sampai abad 11 Masehi dimana
fase kreativitas yang sangat tinggi. Pada masa itu berkembanglah kebudayaan
Jawa berupa musik dan tari, arsitektur dan seni rupa, pada waktu itu
dibangunlah Candi Borobudur dan Candi PrambananIndonesia dari masa lalu sampai
sekarang. pada abad 4 Masehi. Mereka mendirikan pusatnya di pulau yang menjadi
kebanggaan bangsa
Selain
tangga nada Pelog dipakai juga tangga nada Slendro yang bentuk dan rupanya
diperkenalkan oleh Dinasti Syailendra pada abad 8 Masehi. Menurut cerita tangga
nada ini ditemukan oleh dewa Barata Endra atas petunjuk dewa Shiva. Merurut
teori, satu oktaf dibagi dalam 5 interval yang sama (6/5 dari sekon besar).
Namun ternyata tidak selalu demikian. Malah dalam penggalian di JawaCina dan
musik India. ditemukan alat-alat kuno dengan tangga nada yang mirip dengan
tangga nada pentatonic (dengan interval sekon-sekon dan terts kecil), sama
halnya dengan tangga nada
Perkembangan
musik sangat dipengaruhi oleh drama Hindu dalam bahasa Sansekerta Ramayana.
Drama ini diterjemakan dan diolah bebas dalam banyak bahasa di Asia Tenggara.
Pementasan dari fragmen-fragmen drama ini sangat disukai. Sesudah abad 9 Masehi
terdapat terjemahan dalam bahasa Jawa dan paling sedikit sejak abad 11 Masehi dipentaskan
di Jawa. Selain Pementasan tari berkembanglah pula versi wayang, suatu tradisi
yang nampaknya berasal dari jaman pra-Hindu.
Waktu
orang Hindu datang ke Jawa, maka mereka telah menemukan bermacam-macam alat
musik. Dalam relief pada Borobudur terdapat alat musik local maupun alat musik
yang diimpor dari India seperti gendamg, termasuk gendang dari tanah dengan
kulit hanya di satu sisi, kledi, suling, angklung, alat tiup (semacam hobo),
xylofon (bentuknya setengah gambang, setengah calung), sapeq, sitar dan harpa
dengan 10 dawai, lonceng dari perunggu dalam macam-macam ukuran, gong, saron,
bonang. Tidak dapat disangkal bahwa alat musik mula-mula dimainkan menurut
kebiasaan India.
Selain
itu dari penggalian-penggalian di Jawa Tengah telah ditemukan sejumlah besar
kumpulan bonang, nada-nada gender dan saron, lonceng, gendang, gong-gong, namun
tidak jelas dari abad berapa. Tidak semua alat musik tersebut di atas bertahan
di Jawa dalam perkembangan waktu selanjutnya. Namun nampak bahwa alat musik ini
telah dipakai sebelum jaman Hindu. Perlu diketahui bahwa musik gamelan sebagai
musik herefon dengan pola ritme yang kaya, keindahannya terletak justru dalam
bunyi bersama dari lagu dan irama yang saling melengkapi menjadi satu ‘simfoni
nada dan irama’. Sedangkan musik India termasuk musik solotis (vocal maupun
instrumental) meskipun dimainkan juga dalam ansambel sebagai iringan. Namun
aneka ragam alat musik di India tidak digabungkan dalam satu orkes, untuk
memberi kebebasan pada penyanyi dan pemain.
Bahwa
seni musik sejak dulu di Jawa mendapat suatu penghargaan tinggi, dapat
disimpulkan dari banyaknya gambar alat musik dalam relief-relief dari jaman itu
serta dari naskah-naskah kuno yang rajin menyebut nama alat musik dan
sebagainya. Jadi Gamelan sebagai orkes mengalami suatu perkembangan alat musik
yang berasal dari India diintergrasikan ke dalam musik tradisional Jawa:
gong-gong dalam macam-macam bentuk dan ukuran, gambang ditambah sejumlah alat
lain yang sebagian ditinggalkan dalam perkembangan jaman. Bahwa terjadilah
suatu perkembangan musik gamelan (sampai sekarang) membuktikan betapa tinggi
musik ini hingga tidak ada bandingnya di Negara lain di Asia Tenggara.
Pada
masa abad 11 pusat politik pindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur dengan
Kerajaan Airlangga yang berhasil menaklukkan seluruh Jawa (1037), Setelah itu
dilanjutkan oleh kerajaan Singasari pada abad 13. Wilayah kekuasaan sampai
Kerajaan Majapahit (didirikan oleh Raden Wijaya dengan patihnya yang tersohor
Gajah Mada). Dengan patihnya Gajah Mada pada tahun 1350-1389 merupakan puncak
kejayaan Majapahit dengan Pemerintahan Hayam Wuruk. Seluruh kepulauan (termasuk
kerajaan Sriwijaya) masuk dalam wilayah Nusantara (itu nama wilayah kerajaan
Majapahit di luar pulau Jawa).
Maka
tidak mengherankan bahwa pada waktu itu pun gong yang di Jawa di bawa ke
seluruh Nusantara.
Namun
itu tidak berarti bahwa semua pulau memakai juga musik gamelan. Meskipun tangga
nada Pelog dikenal juga di daerah lain, namun umumnya musik di luar Jawa dan
Bali mengikuti pola lain: ritmik yang kaya serta melodic yang agak sederhana
berdasarkan tangga nada pentatonic tanpa setengah nada (pentatonic anhemitonis)
adalah ciri khasnya.
Pada
akhir jaman Hindu gamelan sudah lengkap seperti jaman sekarang. Hanya satu alat
belum ada: rebab. Meskipun demikian, menurut Jaap Kunst belum tentu semua alat
dimainkan selalu bersama-sama. Mungkin sekali terdapat suatu ansambel dengan
alat musik lembut yang terutama dipakai di dalam ruang dengan gender, gambang
dan suling.
Selain
itu terdapat ansambel dengan alat musik keras dengan gendang, cymbal (di Jawa
sudah tidak ada), macam-macam gong yang dipakai terutama diluar gedung untuk
pesta dan pawai. Ansambel alat yang keras seperti di Jawa terdapat terdapat
pula di pulau-pulau lain misalnya di Nias dan Flores Barat.
Gamelan
Munggang, ansambel orkes gamelan tertua, ternyata merupakan ansambel macam ini
juga.
Menurur
Kurst, kedua ansambel baru digabung menjadi satu orkes gamelan sesudah jaman
Hindu.
Dan
inipun terjadi dalam perkembangan waktu.
1389
– 1520 merupakan jaman kemunduran dan kehancuran kerajaan Majapahit. Sementara
itu di Malaka terjadi perkembangan kerajaan-kerajaan Islam yang berkuasa sampai
Sumetera.
1511
Malaka direbut Portugis dan masuk pula ke Kepulauan Maluku(1522). Sementara itu
di Jawakerajaan Demak, Kerajaan Islam (1500-1546). berdiri
Kesultanan
Demak menguasai seluruh Jawa dan sebagian besar kepulauan di luar Jawa.
Bersama
dengan agama Islam masuk ke Indonesia pula alat musik Arab: misalnya rebana,
rebab, gambus.
Namun
alat musik ini berkembang di Indonesia : berbedalah bentuk dan cara bermain
rebab: di Jawa,Bali, Sulsel, Sumba (di Sumba rebab ini disebut ‘dunggak roro’)
dengan dua dawai; di Sumatera, Kalimantan, Sulut dan Maluku dengan satu dawai;
di Aceh dengan tiga dawai.
Berbedalah
pula nama rebana: terbang, trebang, robana, rabana. Sedangkan gambus {sejenis
gitar/mandolin) biasanya dilengkapi dengan alat seperti biola, akordeon,
gendang, seruling, bas menjadi orkes gambus. Dengan kata lain: alat musik ini
mengalami suatu proses pengintegrasian ke dalam tradisi musik Indonesia.
C.
Jaman Modern / Masa Kini
Banyak
tema legu dalam bermusik. Sehingga karya para musisi terdahulu masih enak dan
layak di perkembangan dunia musik modern yang semakin meningkat telah merambah
berbagai aspek kehidupan masyarakat serta berkesinambungan dari generasi ke
generasi sehingga telah menghasilkan begitu banyak karya yang patut di
banggakan. Pesatnya kemajuan industri musik di tanah air pada saat ini di
imbangi dengan banyak bermunculannya insan – insan musik yang mendatangkan
angin segar bagi industri tersebut. Seperti halnya dunia film, dunia musik juga
mempunyai pasar serta penggemar yang banyak dengan aliran musik yang di
anutnya, maka berlombalah grup grup musik, duo, maupun solo untuk meniru. Dengan
banyak bermunculannya pendatang baru di dunia musik, maka banyak pula karya-
karyaserya penghargaan – penghargaantentang musik yang sudah di hasilkan. Untuk
mengantisipasi hal tersebut perlu ditingkatkan dandikembangkan bakat generasi
muda Indonesia di bidang musik, khususnya mengenai sejarah, perkembangan serta
pengetahuan tentang dunia musik yang sifatnya universal tersebut. Selain itu
mereka juga diharapkanmampu untuk memperkenalkan karya – karyake kancah
nasional maupun internasional, sebagai hal yang patutdibanggakan, dikembangkan,
dipertahankan serta di lstarikankeberadaannya. Mengingat untuk perkembangan
dunia musik modern itu sendiri di Indonesia belum ada wadah yang dapat memberi
informasi yang akurat tentang segala hal tentang dunia musik moderndi
Indonesia. Sedangkan fasilitas untuk mleakukan pelestarian terhadap karya-
karya serta penghargaan musik tersebut belum benar – benar ada. Oleh karena itu
diharapkan adanya suatu wadah yang dapat menampung karya, penghargaan, minat
serta aspirasi yang dapat meningkatkan informasi dan pengetahuan tentang musik
modern yang merupakan salah satu warisan khasanah budaya Indonesia.
Ragam
musik di Indonesia dapat dibedakan atas musik tradisi, musik keroncong, musik
dangdut, musik perjuangan, dan musik pop.
Seiring
dengan masuknya media elektronik ke Indonesia,masuk pula berbagai jenis musik
barat, seperti pop, jazz, blues, rock, R&B dan musik- musik negeri India
yang banyak diperkenalakan melalui film-filmnya. Dari perkembangan ini,
terjadilah perpaduan musik asing dengan musik Indonesia. Musik India juga
berpadu dengan musik melayu yang kemudian menghasilkan jenis musik dangdut.
Maka, muncullah berbagai musisi Indonesia yang beraliran pop, jazz, blues,
rock, dan R&B. Berkembang pula jenis musik yang memadukan unsur kedaerahan
Indonesia dengan unsur musik barat, terutama alat- alat musiknya. Jenis musik
ini sering disebut musik etnis.
Ragam
musik di Indonesia dapat dibedakan atas musik tradisi, musik keroncong, musik
dangdut, musik perjuangan, dan musik pop.
1.
Musik Daerah/Tradisional
Ciri
khas jenis musik ini terletak pada isi lagu dan instrumen (alat musiknya).
Musik tradisi memiliki karakteristik khas, yaitu syair dan melodinya
menggunakan bahasa dan gaya daerah setempat. Seni tradisi yang merupakan identitas,
jati diri, media ekspresi dari masyarakat pendukungnya. Musik jenis ini terdiri
dari :
1.
Instrumen Musik Perkusi.
Antara
lain : Gamelan, Talempong, Kulintang, Arumba dan Kendang.
2.
Instrumen Musik Petik
Antara
lain : Kecapi, Sasando dan Sampek.
3.
Instrument Musik Gesek
Antara
lain : Rebab dan Ohyan.
4.
Instrument Musik Tiup
Antara
lain : Suling, Saluang, Serunai, dan Serompet atau Tarompet.
2.
Musik Keroncong
Ciri
musik jenis ini adalah pada harmoni musik dan improvisasi yang sangat terbatas.
Umumnya lagu-lagunya memiliki bentuk dan susunan yang sama. Syair- syairnya
terdiri atas beberapa kalimat (umumnya 7 kalimat) yang diselingi dengan
permainan alat musik.
3.
Musik Dangdut
Ciri
khas musik ini terletak pada pukulan alat musik tabla (sejenis alat musik
perkusi yang menghasilkan bunyi ndut) dan iramanya yang ringan, sehingga
mendorong penyanyi dan pendengarnya untuk mengerakkan anggota badannya.
4.
Musik Perjuangan
Ciri
khas dari musik ini terletak pada syair- syairnya yang umumnya berisi ajakan
untuk berjuang, ajakan untuk berkorban demi tanah air, dan sejenisnya. Irama
musiknya cepat dan semangat, serta diakhiri dengan semarak.
5.
Musik Populer (pop)
Musik
ini memiliki ciri, dalam penggunaan ritme yang terasa bebas dengan mengutamakan
permainan drum dan gitar bas. Biasanya, para musisinya juga menambahkan variasi
gaya yang beraneka ragam untuk menambah daya tarik dan penghayatan pendengar
atau penikmatnya. Musik pop dibedakan menjadi musik pop anak- anak dan musik
pop dewasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar